-->

Arsitektur Minimalis dan Sejarah Singkat Arsitektur Modern

- Januari 10, 2012
advertise here
advertise here
Saat ini kita mungkin akrab dengan istilah bangunan bergaya minimalis, dimana sebelumnya sekitar tahun 1980-1990an rumah tinggal di Indonesia didominasi oleh gaya arsitektur klasik, mediterania dan etnik/tradisional. Namun kini sesuai perkembangan zaman, gaya arsitektur minimalis mulai menjamur pada bangunan rumah tinggal terutama di kota-kota besar seolah mulai mendominasi gaya arsitektur rumah tinggal masa kini. Kadangkala sampai-sampai membuat orang latah atau sekedar ikut-ikutan tanpa paham sebenarnya apa sih yang dimaksud arsitektur minimalis itu.

Jadi apa itu arsitektur minimalis..? Namun sebelumnya ada baiknya kita perlu merunut ke belakang tentang sejarah arsitektur modern.
Arsitektur minimalis itu berakar pada arsitektur modern yang lahir pada awal abad 20. Lahirnya arsitektur modern ini timbul dan berkembang dipengaruhi beberapa faktor. Masa revolusi industri menghasilkan material-material baru dan teknik konstruksi yang lebih maju dalam industri rancang bangun. Saat itu mulai dikenal teknologi cor beton, konstruksi baja, kaca dsb. Hal ini memungkinkan proses konstruksi bangunan menjadi lebih cepat dan efisien. Pada masa itu pula muncul ahi-ahli rancang bangunan/arsitek yang mengembanngkan konsep pemikiran baru dalam desain. Lahirlah paham “form follow function” atau bentuk mengikuti fungsi. Arsitek-arsitek yang terkenal sebagai pelopor konsep ini antara lain ; Louis Sullivan, Le Corbusier, Mies Van de Rohe dan Frank Lloyd Wright. Karya-karya mereka mereka menjadi ikon arsitektur modern. Akibat Perang Dunia II, banyak sekali bangunan-bangunan di negara Eropa yang mengalami kerusakan. Untuk itu diperlukan pembangunan yang cepat, fungsional dan murah dan bersifat internasional. Arsitektur modern menjadi salah satu jawaban atas masalah ini, dan berkembang pesat.
Prinsip arsitektur modern yang utama adalah “form follow function” atau bentuk mengikuti fungsi, Bentuk disini artinya adalah segala sesuatu baik berupa tata ruang maupun estetika, sehingga konsep efisiensi disini sangat diutamakan. Saat itu segala bentuk ornamen dilarang untuk digunakan (ada istilah “ornamen is a crime”), hal ini bertolak belakang dengan bangunan bergaya klasik yang kaya akan ragam ornamen/ukir-ukiran. Saat itu bentuk ruang yang dianggap paling fungsional dan efisien untuk aktifitas manusia adalah bentuk-bentuk kotak atau persegi panjang sehingga menghasilkan ekspresi fasad bangunan yang berbentuk kubisme/box yang kaku. Bangunan harus ditampilkan dengan ekspresi yang sederhana dan penuh kejujuran. Setiap elemen bangunan benar-benar ditampilkan sesuai dengan fungsinya dan penggunaan material diekspos apa adanya. Keindahan sebuah bangunan akan lahir sendiri dari kesederhanaannnya/ “less is more”. Penggumaan bahan material bangunan juga menggunakan material terkini pada saat itu, menggunakan material pabrik dengan metode pembangunan yang cepat.
Lalu bagaimana dengan arsitektur minimalis yang kini marak di Indonesia ?
Sebenarnya prinsip utama dari arsitektur minimalis ini masih berpedoman pada arsitektur modern, yaitu fungsional dan efisiensi. Fungsional berarti bangunan tersebut benar-benar mampu mewadahi aktifitas penggunanya, dan efisiensi harus mampu diterapkan ke berbagai hal ; efisiensi biaya , efisiensi waktu pekerjaan dan aspek free maintenance pada bangunan. Dari segi ekspresi fasad, sebagaimana gaya arsitektur modern, pada bangunan bergaya minimalis kita tak akan melihat ragam profil ukiran yang rumit (seperti pada bangunan klasik). Namun pengolahan ekspresi fasad bangunan pada arsitektur minimalis kini lebih dinamis dan tidak kaku. Penggunaan ornamen pada bangunan kini muncul kembali, namun bukan berupa bentuk-bentuk rumit, tapi bentuknya lebih sederhana dan sifatnya geometrik, penggunaan ornamen ini juga lazimnya tidak dominan, namun hanya sebagai aksen pemanis saja. Penggunaan pengolahan material pada bangunan juga lebih attraktif dan bervariasi. Walaupun bentuk ekspresi box pada fasad masih dominan, explorasi ke bentuk-bentuk lainnya seperti bentuk lengkung dan bidang miring banyak diterapkan. Karena menyikapi iklim tropis di Indonesia bentuk atap menyesuaikan dengan bentuk atap pelana atau perisai/limasan dengan penutup atap genteng, ketimbang memilih bentuk atap datar (cor beton). Akhirnya bisa dibilang arsitektur minimalis sekarang ini merupakan arsitektur modern yang telah direduksi.
Sumber:http://archijutsu.blogspot.com
Advertisement advertise here
 

Start typing and press Enter to search